Burangrang.com | Gorontalo – Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang kaya akan potensi alam juga budaya. Tak ayal, provinsi yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara pada 5 Desember 2020 ini menjadi destinasi favorit wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.
Di antaranya Danau Limboto dan Desa Wisata Religi Bubohu di Kabupaten Gorontalo. Juga Air Terjun Ayuhulaho, Pantai Bolihutuo, serta Pantai Indah Boalemo di Kabupaten Boalemo.
Namun, ada satu destinasi yang selama ini menjadi favorit wisatawan. Yakni wisata Hiu Paus Botubarani di Kabupaten Bone Bolango.
Hewan laut yang memiliki nama latin rhyncodon typus ini kerap muncul di pantai yang menghadap perairan Teluk Tomini. Biasanya hiu pemakan plankton ini muncul ke permukaan untuk mencari makan pada pagi hari dan sore hari.
Keberadaan Hiu Paus ini juga membuat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, tertarik untuk “bercengkrama” dengan ikan yang dapat tumbuh hingga ukuran 20 meter dan berat enam ton ini. Pada Minggu (7/11/2021) pagi, di sela-sela rutinitas olahraga paginya, Sandiaga menyempatkan diri untuk snorkeling di Pantai Botubarani.
Dari hotel tempatnya menginap, Sandiaga dan rombongan bertolak ke Pantai Leato untuk berolahraga pagi. Dari sana, Menparekraf Sandiaga beserta rombongan berlari sejauh 3,2 kilometer menuju Pantai Botubarani.
Sepanjang perjalanan, Sandiaga beserta rombongan disuguhi pemandangan hamparan laut biru yang luas dihiasi dengan langit biru nan cerah. Setibanya di Botubarani, rombongan kemudian melakukan pemanasan dan persiapan sebelum terjun ke air untuk snorkeling.
Ditemani petugas dari Pangkalan TNI AL Gorontalo, Sandiaga menumpangi perahu karet yang telah disiapkan untuk terjun ke laut.
Tak perlu menunggu lama, Sandiaga bertemu dengan gerombolan hiu paus berjumlah enam ekor. “Hari ini kita melihat keagungan Yang Maha Kuasa bahwa ada sekelompok hiu paus berjumlah enam ekor hadir di sini,” kata Sandiaga dengan penuh rasa kagum usai snorkeling.
Sandiaga menekankan wisata ini perlu dinikmati dan dikembangkan dengan menerapkan konsep 3S. Yaitu spirituality, serenity, dan sustainability.
“Spirituality, menghargai kebesaran Allah dengan makhluk-Nya yang perlu kita jaga kelestariannya. S yang kedua adalah serenity, dengan kesunyian, dengan ketenangan, dengan kearifan itu yang harus kita jaga, dan S yang terakhir sustainability, keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Sandiaga mengungkapkan konsep 3S ini harus dihadirkan di Wisata Hiu Paus Botubarani. Tujuannya agar destinasi wisata ini tetap terjaga keasriannya.
“Komitmennya tadi saya sampaikan bahwa Teluk Tomini ini secara alami menjadi biota yang keberagamannya sangat luas. Jadi komitmen kita di pemerintah pusat dan daerah adalah pariwisata yang berkelanjutan lingkungan, oleh karena itu ini harus dijaga,” ungkap Sandiaga.
Konsep pariwisata berkelanjutan ini, lanjut Sandiaga, sesuai dengan pergeseran tren pariwisata dunia.
“Dengan terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20, (tren) pariwisata ini bergerak. Dari yang tadinya berbasis kuantitas menjadi berbasis kualitas,” jelasnya.
Sehingga, dengan adanya pergeseran ini, diharapkan lapangan kerja akan semakin terbuka bagi masyarakat Gorontalo, khususnya di Bone Bolango. “Kesejahteraan (masyarakat) akan semakin baik khususnya di Kabupaten Bone Bolango, dan di Botubarani,” ujar Sandiaga.
Dalam kesempatan serupa, Bupati Bone Bolango, Hamim Pou menamai salah satu dari enam hiu paus yang mereka temui dengan nama Sandiaga Salahuddin Uno. Hamim mengatakan penamaan tersebut merupakan suatu tradisi di daerah ini.
“Satu dari enam ekor hiu paus yang muncul ini kami beri nama Sandiaga Salahuddin Uno dengan panjang enam meter,” ujar Hamim.
Menurutnya, hiu yang memiliki nama sama dengan Menparekraf Sandiaga ini merupakan salah satu ikan yang berukuran besar dibandingkan kawanannya yang lain.
“Ikan ini ukurannya 6,2 meter. Ini ukurannya cukup besar,” ucapnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kadispar Provonsi Gorontalo, Rifli Katili; serta Kadisparekraf Bone Belango, Lukman A. Daud.
Pewarta: Feb
EDitor: And