Burangrang.com | Jakarta – Pendekatan teknologi dapat menjawab berbagai persoalan kelangkaan spesies satwa. Dengan teknologi, kita dapat melindungi dan mengamankan plasma nutfah atau material genetik satwa liar yang berstatus terancam kritis dari kepunahan. Plasma nutfah atau sumberdaya genetik adalah bahan dari tumbuhan, satwa, dan/atau jasad renik, yang mempunyai fungsi dan kemampuan mewariskan sifat.
Terkait hal ini, Institut Pertanian Bogor (IPB) University mengaplikasikan “Teknologi Reproduksi Berbantu” (Assisted Reproductive Technology/ART) dan Bio-bank, untuk menjaga kelestarian satwa dari kepunahan. Rektor IPB University, Prof. Arif Satria mengungkapkan bahwa mengingat banyaknya jenis satwa liar yang tergolong terancam punah, sementara sarana dan prasarana serta sumber daya manusia masih terbatas, maka kedua teknologi ini untuk sementara dibatasi pada pengawetan (preservation), perlindungan, dan pemulihan sumber daya genetik badak Sumatera.
“Dengan dukungan dari para pihak, termasuk KLHK, ke depan kita kembangkan teknologi ini untuk spesies satwa liar lain,” kata Arif saat melakukan pertemuan dengan Menteri LHK di Jakarta, Senin (4/4).
Sejauh ini program ART dan Bio-bank yang sedang berjalan diantaranya koleksi dan kriopreservasi semen (sperma) dan inseminasi buatan Banteng Jawa yang dimulai sejak tahun 2015, serta koleksi semen dan inseminasi buatan pada anoa, macan dahan, dan Harimau Sumatra mulai tahun 2020.
Menteri LHK Siti Nurbaya menyambut baik inisiatif IPB University. Dirinya menyatakan hal ini sejalan dengan program pemerintah dan arahan Yth. Presiden RI Joko Widodo untuk membangun plasma nutfah nasional di IKN.
“Saya kira fasilitas yang kelak akan dibangun tidak hanya dikembangkan untuk faunanya saja, tetapi untuk floranya juga. Dalam hal ini, IPB University dapat berkolaborasi dengan UGM dalam pengembangan teknologi floranya,” ujar Menteri Siti.
Pada pertemuan dengan Rektor IPB Univerisity dan jajarannya, Menteri Siti didampingi oleh jajaran Pejabat Tinggi Tingkat Pratama dan Tenaga Ahli Menteri LHK.
Pewarta : Nish
Editor : And