Burangrang.com | Jakarta,– BNPB akan memasang instrumen peringatan dini sirine tsunami di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Wilayah ini merupakan salah satu dari 7 kabupaten di Provinsi Bengkulu rawan bahaya tsunami. Pemasangan yang membutuhkan waktu dua bulan ini akan berlangsung pada Agustus 2021 mendatang.
Kabupaten Seluma merupakan wilayah dengan potensi bahaya tsunami dengan kategori kelas sedang hingga tinggi. Berdasarkan analisis inaRISK, sebanyak 6 kecamatan memiliki potensi bahaya tersebut, sedangkan potensi jumlah populasi terpapar mencapai 10 ribu jiwa.
Situasi tersebut melatarbelakangi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pemasangan instrumen peringatan dini sirine tsunami. Instrumen yang dikembangkan UGM ini menerapkan lima subsistem, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8840-1:2019. Kelima subsistem dalam sistem peringatan dini ini meliputi pengetahuan tentang risiko, diseminasi dan komunikasi, pemantauan dan penyampaian peringatan, kemampuan merespons dan membangun komitmen dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Penerapan sistem ini merupakan salah satu langkah konkret BNPB untuk mengurangi risiko bencana, khususnya bahaya tsunami, dan mendukung terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana). BNPB mengidentifikasi banyak masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bahaya tsunami kategori sedang hingga tinggi. Analisis inaRISK mencatat potensi populasi terpapar bahaya tsunami mencapai lebih dari 3,7 juta jiwa, yang tersebar di 26 provinsi.
Di sisi lain, pemasangan instrumen diharapkan dapat menstimulus pemerintah daerah untuk pemenuhan kebutuhan instrumen serupa secara mandiri di wilayah administrasinya.
Sementara itu, Direktur Peringatan Dini BNPB Ir. Afrial Rosya, M.A., M.Si. mengatakan, tujuan utama pemasangan sistem peringatan dini adalah untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Sistem Peringatan Dini yang akan dipasang bukan sirine tsunami saja, peningkatan kapasitas masyarakat juga dilakukan untuk menghindari korban jiwa, serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana,” ujar Afrial dalam penandantanganan kedua belah pihak secara daring, Kamis (8/7).
Afrial menegaskan bahwa BNPB berkomitmen untuk terus mendorong riset kebencanaan. Hal ini tidak terlepas dari potensi bahaya di wilayah nusantara. Ia berharap bahwa pengembangan riset kebencanaan dapat berdampak pada pengembangan teknologi dan industri dalam negeri, khususnya riset di perguruan tinggi.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Teknik UGM Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa sistem peringatan dini merupakan upaya efektif dan bagian investasi dalam pengurangan risiko bencana. Wildan menambahkan, sejak tahun 2020, BNPB dan UGM telah menjalin kerja sama dalam penerapan sistem peringatan dini sirine tsunami.
Sebelumnya, kerja sama kedua belah pihak sudah terjalin sejak tahun 2008, saat pengembangan sistem peringatan dini longsor dan banjir. Namun, pelaksanaan kerja sama pada tahun 2020 dan 2021 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Karena pada saat ini masih dalam pandemi Covid-19, maka pelaksanaan kegiatan di lapangan mengacu pada protokol Covid-19 yang ada,” tambahnya
Lebih lanjut, Wildan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas dukungan dan kepercayaan BNPB terhadap penggunaan produk-produk penelitian interdisipliner di bidang kebencanaan yang telah dibangun Fakultas Teknik UGM.
BNPB dan UGM menjalin kerja sama pemasangan instrumentasi peringatan dini untuk mewujudkan resiliensi masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami, khususnya di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. And
Sumber : BNPB