Burangrang.id | Jakarta – Saat berkegiatan outdoor di alam liar seperti kemping atau mendaki gunung seringkali telpon selular (HP) yang kita bawa tidak mendapat sinyal. Sehingga menyulitkan untuk berkomunikasi dengan teman atau orang lain. Terutama saat kegiatan itu melibatkan orang banyak atau kelompok.
Untuk mengantisipasinya, kita dapat memilih beberapa alat komunikasi yang bisa digunakan untuk menunjang kegiatan kita, seperti telpon satelit, handy talkie dan walkie talkie. Berikut ulasan beberapa alat komunikasi tersebut.
Telepon satelit
Telepon ini sangat umum digunakan pada saat pendakian Gunung Everest atau ekpspedisi besar dan beresiko tinggi. Biasa digunakan oleh pekerja pengeboran minyak lepas pantai yang jauh dari pusat kota. Kelebihan telpon satelit mudah digunakan karena bentuknya mirip dengan ponsel yang digunakan sehari-hari.
Telpon ini bisa mengirim sinyal pertolongan, seperti suara, teks, gambar dan lokasi terakhir. Jarak jangkauannya juga luas, bisa antar daerah dan negara. Karena telpon ini mengirim sinyal langsung ke satelit di atas bumi tanpa penguat sinyal selular.
Kekurangan telepon ini biayanya yang sangat mahal dan sulit mendapatkan barangnya. Meski ada perusahaan yang menyewakan alat tersebut, kekurangan lainnya adalah lawan bicaranya harus menggunakan telpon satelit juga, tidak bisa dengan ponsel biasa yang menggunakan frekuensi GSM/4G.
Handy Talkie (HT)
Alat komunikasi satu ini biasa digunakan oleh polisi, petugas pemadam kebakaran, tim SAR dan lain-lain. Spektrum radio ini lebih bebas namun frekuensinya harus terdaftar pada Dirjen Postel. Kelebihan alat ini mudah didapatkan dengan harga yang relatif kecil, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
HT tidak memerlukan kartu SIM dan sinyal GSM/4G. Mudah digunakan namun tidak seperti telpon yang biasa kita gunakan. Kekurangan dalam penggunaanya, ketika berbicara harus bergantian dengan menekan tombol Push To Talk. Jika selesai bicara harus melepas tombol itu agar tidak saling tindih pada gelombang suara.
Ada beberapa frekuensi gelombang radio yang digunakan, misalnya penggunaan High Frequency (HF) biasa digunakan untuk komunikasi penerbangan seperti pilot atau menara pengawas udara. Ada Very High Frequency (VHF) yang digunakan oleh anggota atau komunitas radio amatir seperti ORARI, RAPI, dan tim SAR.
Satu lagi gelombang Ultra High frekuensi (UHF) yang ditujukan untuk kepentingan keamanan negara dan kebutuhan komersil lain. Kekurangan alat ini hanya mampu menjangkau 5 km di area terbuka tanpa halangan gedung tinggi atau gunung.
Kini banyak pengelola kawasan pendakian gunung mendirikan menara penguat sinyal HT (repeater) untuk menambah jarak jangkauan. Agar dalam keadaan darurat seperti operasi SAR maupun peristiwa gunung meletus bisa berfungsi. Frekuensi yang biasa digunakan VHF. Di pos pendaftaran pendakian biasanya tedapat frekuensi HT yang dapat digunakan pengunjung yang membawa HT. Saat perlu pertolongan bisa langsung berkomunikasi dengan petugas di pos pendakian.
Walkie Talkie
Alat komunikasi yang ini mirip dengan HT. Menggunakan gelombang radio yang sama, hanya saja fisiknya lebih kecil serta tidak perlu izin khusus. Kekurangannya, jarak jangkau lebih pendek, sekitar 1-2 Km di area terbuka. Tidak bisa komunikasi dengan merk lain karena frekuensi sudah diseting pabrik dengan menu privasi.
Selain itu biasanya tidak mempunyai tombol menu untuk mengubah frekuensi. Layar LCD dan antena lebih pendek. Alat ini biasanya hanya digunakan dalam kegiatan indoor seperti konser musik atau festival yang areanya tidak terlalu luas.
Penulis: Taufiq Hidayat
Editor: Djali Achmad