Menu

Mode Gelap
Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007 Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka? Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam Program Liputan Pendakian Gunung Indonesia Explore Media – Burangrang.com

Kabar · 17 Nov 2021 14:53 WIB ·

Musang Rinjani Hewan Endemik Gunung Rinjani Pulau Lombok


Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) merupakan hewan menyusui (Mamalia) yang masuk dalam suku Musang dan Garangan (Viverridae), salah satu species dari tiga bangsa carnivora yang ada di Pulau Lombok. Foto: TNGR Perbesar

Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) merupakan hewan menyusui (Mamalia) yang masuk dalam suku Musang dan Garangan (Viverridae), salah satu species dari tiga bangsa carnivora yang ada di Pulau Lombok. Foto: TNGR

Burangrang.com | Lombok – Gunung Rinjani tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata pendakian dan pemandangan alam yang eksotis saja namun juga menyimpan kekayaan flora dan fauna yang menjadi ciri khas dari Gunung tertinggi nomor tiga di Indonesia ini. Diantara kekayaan fauna tersebut adalah hewan endemik Musang Rinjani

Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) merupakan hewan menyusui G(Mamalia) yang masuk dalam suku Musang dan Garangan (Viverridae), salah satu species dari tiga bangsa carnivora yang ada di Pulau Lombok, selain Musang Rase (Viverricula Indica baliensis) dan Kucing Hutan (Felis bengalensis).

Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) merupakan hewan menyusui (Mamalia) yang masuk dalam suku Musang dan Garangan (Viverridae), salah satu species dari tiga bangsa carnivora yang ada di Pulau Lombok. Foto: TNGR

Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) yang dalam bahasa lokal Sasak disebut Ujat, termasuk Sub species dari Musang Luwak (Paradoxurus hermaphrodites). Secara fisik tidak ada perbedaan yang begitu mencolok antara Musang Rinjani dengan Musang Luwak lainnya, menurut Kitchener et al (2002), Musang Rinjani dari bagian kepala sampai dengan ekor berwarna gelap bahkan mendekati hitam, Panjang dari kepala ke pangkal ekor 38 Cm, Ujung ekor sampai pangkal ekor 40 Cm, Daun telinga memiliki ukuran 34, dan memiliki panjang kaki 70 cm, warna bulu gelap hampir mendekati hitam, dan warna hitam hijau lumut disisi punggung serta agak pucat pinggala pd bagian dada perut.

Musang Rinjani lebih sering di jumpai pada kawasan-kawasan dekat pemukiman dan perkebunan penduduk, dibandingkan kawasan hutan dan dianggap sebagai Hama oleh penduduk sekitar kawasan karena sasaran/Pakannya adalah ayam ternak milik penduduk dan buah-buahan dilahan perkebunan, sehingga penduduk memburu hewan ini untuk dibunuh

Sebagai satwa aboreal yg bergantung pada hutan sebagai tempat hidup dan mencari makan, ancaman terbesar bagi perkembangan populasi liar species ini, adalah perubahan habitat, terutama oleh aktifitas manusia, seperti penebangan baik legal maupun illegal, ataupun oleh aktifitas Alam itu sendiri, seperti tegalan mati, kebakaran, vulkanik dll), serta perburuan oleh manusia itu sendiri

Menurut hasil inventarisasi yang dikerjakan oleh pihak pengelola TNGR pada tahun 2009, spesies ini lebih menyukai kawasan hutan sekunder dengan tipe habitat yang kering dan dekat dengan pemukiman penduduk. Beberapa pengamatan visual lain juga menyatakan bahwa spesies ini menyukai daerah-daerah dengan intensitas keterjumpaan dengan manusia yang tinggi meskipun kadang bisa dijumpai juga di hutan konifer pada ketinggian sekitar 2.000 mdpl di seputaran areal perkemahan Danau Segara Anak

Musang luwak pada umumnya termasuk musang Rinjani mempunyai peran ekologi dan keuntungan ekonomi yang penting. Disatu sisi sebagai penentu keseimbangan ekosistem dengan perannya sebagai agen permudaan alam dan di pihak

lain merupakan komoditas yang komersil untuk bermacam-macam produk. Penelitian yang lebih spesifik tentang musang Rinjani diperlukan untuk pembuktian peranan spesies tersebut dalam kaitannya dengan regenarasi ekosistem hutan kawasan Gunung Rinjani secara khusus dan kawasan P. Lombok secara umum serta dalam upaya perlindungan dan pengelolaan kedepannya, hal ini diejlaskan di website resmi TNGR Official.

Upaya pengelolaan harus mampu memberikan dua arah keuntungan yaitu kelestarian satwa dan manfaat yang nyata kepada masyarakat. Upaya pengelolaan yang sifatnya hanya melindungi tidak akan berhasil karena akan selalu dihadapkan pada persoalan benefit value yang akan diperoleh masyarakat sebagai ganti ketika suatu upaya pengelolaan membatasi masayarakat terhadap sumberdaya kawasan termasuk satwa.

Pewarta: Nish
Editor: And

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 1,450 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Program Liputan Pendakian Gunung Indonesia Explore Media – Burangrang.com

2 Januari 2024 - 16:26 WIB

Liputa Pendakian Gunung

Sepatu 20 Ribu Ungguli Sepatu Gunung Seharga Ratusan Ribu

23 Juni 2022 - 13:33 WIB

Sepatu Gunung Murah Kuat

26 Fakta-fakta Menarik Pendakian Gunung Leuser

7 Juni 2022 - 17:01 WIB

Gunung Leuser

18 Rekomendasi Trekking Organizer Pendakian Gunung Rinjani Terbaik

2 Juni 2022 - 14:57 WIB

Operator Trip, Trekking Organizer

Sail Tidore 2022 Akan Dimeriahkan Puluhan Penerjun TNI AL

24 Mei 2022 - 10:00 WIB

Sail Tidore 2022

Menyoroti Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai

20 Mei 2022 - 19:26 WIB

Trending di Kabar