Burangrang.com | Bali – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) mewadahi diskusi umum yang turut dihadiri melalui daring, Plt. Kepala Pusdatinkom Abdul Muhari, Ph.D., Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono, S.Si., M.Si., Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Ir. Agus Budiyanto, Guru Besar Universitas Andalas Prof. Dr. Eng. Fauzan, S.T., M.Sc.Eng. dan Kalaksa BPBD Provinsi Bali Drs. I Made Rentin, AP., M.Si. mengenai perkembangan situasi dan penanganan gempa yang terjadi di wilayah Provinsi Bali.
Paska gempa bumi M4,8 yang terjadi Sabtu (16/10), di luar dugaan dampak yang ditimbulkan sangat signifikan terhadap bangunan dan infrastruktur di wilayah Kabupatan Karangasem dan Bangli.
Terhitung total 437 unit rumah rusak berat, 135 rumah rusak sedang dan 1.415 rumah rusak ringan. Kondisi ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian karena faktor bangunan yang tidak tahan gempa merupakan faktor utama kerentanan yang bisa menimbulkan korban jiwa saat terjadi gempa.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali Drs. I Made Rentin, AP., M.Si mengatakan tiga ruas jalan yang sebelumnya tertutup material longsor di wilayah Trunyan saat ini sudah bisa dilewati kembali.
Meskipun demikian, pihaknya meminta masyarakat tidak melewati dulu ruas jalan tersebut sampai benar-benar dipastikan aman untuk masyarakat. Hal ini disampaikan mengingat masih perlunya dilakukan kajian dan evaluasi bersama pihak terkait, dalam hal ini Badan Geologi, untuk memastikan keamanan kawasan yang baru saja mengalami longsor tersebut. Apalagi saat ini sudah mulai memasuki musim hujan yang bisa meningkatkan kerawanan gerakan tanah.
I Made Rentin juga menyampaikan bahwa saat ini status tanggap darurat untuk Kabupaten Karangasem diperpanjang hingga tanggal 30 Oktober 2021, sedangkan untuk Kabupaten Bangli berlaku hingga tanggal 27 Oktober 2021.
Pewarta: Nish
Editor: And