Burangrang.com | Kuningan – Dalam rangka meningkatkan jumlah populasi Macan Tutul, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jawa Barat) dan PPS Cikananga melepasliarkan Macan Tutul Betina yang diberi nama “Rasi” di Blok Bintangot, Seda, SPTN Wil I Kuningan, Prov. Jawa Barat, pada (5/3).
Kepala Balai TNGC Teguh Setiawan mengatakan selain untuk bersanding dengan Slamet Ramadhan yang sebelumnya sudah dilepasliarkan pada 9 Juli 2019, pelepasliaran Rasi ditujukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk membuka GPS Colar yang telah dipasang pada saat dilepasliarkan.
“Ternyata sampai saat ini Slamet Ramadhan tidak kunjung datang, berkaca dari Slamet Ramadhan, maka Rasi dikenakan GPS Colar yang lepas dengan sendirinya setelah 6 bulan,” kata Teguh.
Rasi diserahkan oleh masyarakat kepada BBKSDA Jawa Barat dan kemudian langsung direhabilitasi di PPS Cikananga pada tanggal 2 Juli 2019. Rasi ditemukan di perbatasan hutan dengan pemukiman dengan usia perkiraan 3-6 bulan. Saat ini, Rasi telah berusia 3 (tiga) tahun dan siap kawin.
Teguh menjelaskan persiapan TNGC dalam menyambut Macan Tutul betina. Pada Bulan November 2021, diskusi dengan para pihak telah dilakukan yaitu LPPN Universitas Kuningan, Peduli Karnivora Jawa dan Sintas Indonesia kemudian pada tanggal 7 Desember 2021 telah dilakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah yang dihadiri langsung oleh Bupati Kuningan dan Muspika terkait khususnya yang berbatasan dengan Blok Bintangot.
Rasi juga menjalani proses habituasi selama satu bulan dan telah menunjukkan kesiapan untuk dilepasliarkan. Selain adaptasi perilaku Rasi untuk siap dilepasliarkan, habituasi yang dilakukan juga diperuntukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk mendekat. Kondisi perkembangannya yang baik diharuskan untuk melepas GPS Colar yang telah dipasang sejak tahun 2019. Pada minggu kedua habituasi, Perilaku Rasi terlihat aktif dan pola aktivitasnya sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukkan Rasi sudah mulai nyaman dengan calon tempat barunya.
Sampai saat ini ekosistem kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dianggap memiliki kualitas baik. Berdasarkan hasil penafsiran citra SPOT 6 Resolusi 1 meter Liputan tahun 2018 dan 2019, kawasan TNGC didominasi oleh tutupan berhutan mencapai 80% dari seluruh luas kawasan. Macan Tutul (Panthera pardus melas) merupakan satwa kunci/key spesies yang menjadi icon kawasan TNGC yang memerlukan ekosistem alami sebagai habitatnya.
Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, Ditjen KSDAE Ammy Nurwati berharap dengan diberikannya pasangan, Macan Tutul akan berkembang biak dan bertambah populasinya sehingga icon Balai TNGC yaitu Macan Tutul dan gunungnya tetap ada. “Saya menyampaikan ucapan terima kasih Direktur Jenderal KSDAE atas kinerja berbagai pihak dalam mensukseskan pelepasliaran Macan Tutul ini,” kata Ammy.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama, Wakil Bupati Majalengka, Tarsno, D. Mardiana, Anggota DPRD Komisi I Kab Kuningan Dede Sembada, Anggota DPRD Komisi IV Kab Kuningan Sri Laelasari, Anggota DPRD Kab Majalengka Jejem Muh. Hanurajasa, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Wilayah III, Andi Witria, Kepala Balai KSDA Jawa Tengah, Kepala Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Manager konservasi Gembiraloka Zoo, Wakil Adm Perhutani Kab Kuningan, Kepala CDK Wilayah VIII Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Camat Pasawahan, Polsek Mandirancan, Polsek Pasawahan, Koramil Mandirancan, Kepala Desa Seda, Forum Ciremai, LSM Akar dan aktivis lingkungan.
Pewarta : Nish
Editor : And