Burangrang.com | Bandung – Beberapa tahun ini sejak mulai ramenya kegiatan mendaki gunung banyak diminati, kecelakaan kematian pendakian gunung di berbagai daerah Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Saat sekarang ini kegiatan mendaki gunung tidak lagi dimonopoli oleh pendaki senior yang punya keterampilan khusus dan sarat pengalaman. Tapi juga pendaki pemula yang lahir dari intimidasi tayangan film dan medsos yang tidak edukatif, berbondong-bondong memadati jalur-jalur pendakian dan memadati puncak-puncak gunung yang sudah terpublikasi luas di dunia maya.
Sementara tanpa terbekali dasar-dasar pengetahuan cara aman mendaki gunung yang baik, tentunya keselamatan diri ataupun prosedur keselamatan dan zero accident bagi pendaki Newbie atau orang baru belum pengalaman akan sangat membahayakan dirinya.
Namum tidak berarti pula bagi pendaki senior yang sudah berpengalaman aman dari terimbasnya eksistensi yang banyak dilakukan oleh para pendaki pemula saat ini. Terkadang ada juga yang terjebak dan ikut-ikutan melakukan tindakan ceroboh demi konsumsi medsos yang cukup berpengaruh yang berujung pada kesempatan peluang menghasilkan uang.
Sebetulnya eksistensi itu penting apapun medianya, selama apa yang dipromosikannya memiliki nilai pesan atau ajakan positif. Dan alangkah bijaksananya kalau eksistensi itu dilakukan dalam bentuk mengajak para pendaki pemula untuk berkegiatan mendaki gunung dengan cara aman dan nyaman.
Tindakan ceroboh yang paling banyak dilakukan oleh para pendaki pemula saat ini adalah mengedepankan ego pribadinya saat pencapaian puncak gunung itu. Demi foto Selfie di titik tertinggi, tak peduli dengan keberadaan alam yang berisiko membahayakan dirinya.
Tersesat yang disebabkan kehilangan arah pada saat pendakian atau pada saat turun gunung, adalah juga faktor kecelakaan yang banyak terjadi yang sering berakhir dengan kematian ataupun luka fisik dan fisikis yang berat.
Diingatkan lagi bagi para pendaki senior yang mulai lupa, sepertinya sudah saatnya tujuan mendaki gunung harus kembali ke semula, kembali berpedoman pada KODE ETIK PENCINTA ALAM. Bagi pendaki pemula mendakilah dengan aman, agar gunung tak merenggut kematian.
Penulis: Djukardi ‘Bongkeng’ Adriana