Tifa ditepuk-tepuk. Tiap kali jemari menepuk, kaki dihentakkan. Tari Tifa menjadi simbol kebersamaan. Perayaan yang digaungkan melalui bunyi dan gerakan. Hentakan kaki dan tepukan tifa penuh isyarat dan makna. Ada unsur kegembiraan, keramahan serta tekad di dalamnya.
Selepas tengah hari, di sebuah desa di kaki Pegunungan Cyclops, Tari Tifa dibawakan dengan penuh semangat. Rupanya tari itu dimainkan untuk menyambut tamu penting yang datang. Sosok yang sudah tidak asing bagi warga Bumi Kenambai Umbai nan damai, bernama Doni Monardo.
Hari itu, Selasa 7 Juli 2020. Doni Monardo, jenderal bintang tiga yang mengemban tugas sebagai Kepala BNPB kembali hadir di tengah-tengah warga Desa Sereh, Sentani, Jayapura. Bagi warga Desa Sereh, nama Doni Monardo telah terukir di hati. Dia dikenal sebagai sosok pembawa harapan bagi mereka.
Muasal itu tak lepas dari peran Doni Monardo ketika datang dan memberikan perhatian penuh kepada warga Desa Sereh, kala dilanda air bah yang datang dari Pegunungan Cyclops pada 16 Maret 2019 silam.
Dalam catatan BNPB, banjir bandang disertai puing-puing gelondongan batang pohon beserta material longsoran lumpur menggulung apa saja yang ada di bawah Pegunungan Cyclops, tak terkecuali Desa Sereh dan seluruh warganya.
Jumlah korban meninggal per 25 Maret 2019 mencapai 112 orang. Sebanyak 153 orang luka berat, 768 luka ringan. 17 lainnya tidak ditemukan. Tentu itu menjadi pukulan berat bagi warga Sentani.
Selang sepekan berlalu, Doni Monardo beserta pasukannya di bawah bendera BNPB hadir dan segera memberi perhatian khusus bagi para keluarga korban dan seluruh warga terdampak.
Dari komando Doni, bantuan demi bantuan terus berdatangan, warga pun mulai bangkit. Peran Doni tidak hanya itu. Pasca bencana, dia memerintahkan jajarannya untuk mengambil langkah pemulihan mulai dari dampak sosial, ekonomi, lingkungan.
Danau Sentani menyimpan harta karun yang luar biasa di sektor perikanan. Sentani juga lumbung sagu terbaik di Papua. Dua hal itu menyulut ide dan gagasan Doni untuk menggerakkan perekonomian masyarakat dengan merawat, menjaga dan memanfaatkan yang diberikan oleh alam.
Selain menegakkan kembali pundi-pundi ekonomi, Doni juga menganggap perlu adanya perbaikan lingkungan dan pengembalian alam seusai kodratnya bagi keseimbangan semesta.
Sebab menurut kaji cepat yang dilakukan BNPB bersama tim gabungan, didapatkan bahwa penyebab bencana tersebut tak lain karena alamnya telah rusak ditambah lagi tingginya intensitas hujan di wilayah Pegunungan Cyclops.
Mengetahui hal itu, Doni tak kehilangan akal. Doni meminta agar lahan yang rusak dapat ditanami kembali dengan jenis tanaman kuat sekaligus bernilai ekonomis. Sehingga selain lingkungan kembali terjaga, roda perekonomian terus berputar.
Dua Doni di Sentani
Ada cerita lain yang menarik. Bermula dari perhatian Doni untuk warga Sentani. Hal itu membuat seorang ibu bernama Yunita Dayopo yang tengah hamil tua saat banjir bandang, lantas menyematkan “Doni Monardo” sebagai nama sang buah hati.
Tepatnya pada tanggal 26 Maret 2019, seorang bayi laki-laki yang dikandungnya lahir secara normal dan langsung memiliki nama “Doni Monardo Ibo”. Nama belakang “Ibo” merupakan turunan dari sang ayah, Hendrik Ibo.
Yunita Dayopo dan Hendrik Ibo terinspirasi sosok Doni Monardo yang gagah dan berhati malaikat. Doni dinilai sebagai bapak pemberi harapan bagi warga terdampak banjir Sentani. Harapannya bagi Doni Monardo Ibo, kelak menjadi anak yang gagah berani dan berhati malaikat serta pemberi harapan bagi nusa dan bangsa.
Keduanya, Doni Monardo dan Doni Monardo Ibo telah bertemu secara langsung saat acara “Kebersamaan dalam se-Helai Papeda dari Pinggiran Danau Sentani untuk Persatuan dan Kedamaian Bagi Tanah Papua dan Indonesia”, pada Selasa 3 September 2019 silam. Hubungan antar keduanya terpupuk baik hingga kini.
Rilis: BNPB
Pewarta: Djali Achmad
Editor: Djali Achmad