Burangrang.com | Jakarta – Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kegiatan promosi dan pemasaran wisata alam tidak lagi berupa materi cetak ataupun online. Promosi kegiatan wisata alam sekaligus sarana edukasi melalui film dengan mengangkat tema keunikan sosial budaya maupun peran tokoh masyarakat setempat menjadi salah satu inovasi. Satu sisi, masyarakat ingin hal berbeda dalam mengenal kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia selain dengan sekedar tahu menjadi ingin ikut merasakan lingkungan yang sebenarnya. Film pendek dengan tema khusus diharapkan menjadi jembatan penghubung dalam penyampaian pesan sekaligus ikut mengkampanyekan kreator muda lokal perfilman.
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK), pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengadakan diskusi dan resensi film drama dokumenter berjudul “Sun On The Lake” pada tanggal 9 Oktober 2021 di Shangri-la Hotel, Jakarta Pusat. Pemutaran film drama dokumenter nasional merupakan upaya penyebarluasan informasi dan publikasi mengenai Taman Nasional Danau Sentarum mengundang Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lembaga, NGO, Mitra dan komunitas lainnya.
Film Sun On The Lake bercerita tentang Dara, seorang remaja dengan jiwa petualang berusaha mencari tahu sosok sang nenek di Tanah Borneo. Danau Sentarum, menjadi muara pencaharian Dara untuk lebih mengenal sosok nenek yang dicari. Keindahan alam Danau Sentarum dengan ragam budaya masyarakat Dayak Iban yang tinggal di sekitarnya yang hidup berdampingan dengan alam sekitar menjadi latar cerita film. Dibantu dengan tokoh adat setempat, sosok Dara membawa kita mengurai dan mengenal sisi kehidupan masyarakat setempat yang telah terbentuk bertahun-tahun.dan menarik untuk bisa dikunjungi.
Film ini berupaya memberikan edukasi ringan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dan keindahan alam. Dengan bahasa sederhana penuh makna dan istilah lokal masyarakat setempat, film ini berusaha menumbuhkan kesan mendalam tentang Danau Sentarum dengan segala sisi kehidupan sehari-harinya. Epik pesan melalui kata “Setiap mata punya cerita”, memberikan kekuatan untuk kita punya kesan dan ingin datang melihat secara langsung Danau Sentarum dengan segala keunikannya.
Penulis Novel dan Script Film Sun On The Lake, Kirana Kejora menyampaikan, “Novel saya yang lain pun juga berbasis pada suatu kejadian atau true story. Tapi dalam penulisan Buku Sun on the Lake ini, bisa dikatakan penuh dengan data primer yang kuat dan memenuhi 75 persen dari isi novel. Dan untuk menghidupkan narasi data itu agar tidak membosankan maka dibangunlah rangkaian perjalanan Dara, si tokoh utama dalam mencari kunci kotak peninggalan neneknya.”
Kirana mengungkapkan bahwa, dalam riset, dirinya mencoba membangun suatu cerita untuk memperkenalkan keindahan, budaya hingga cerita dari Danau Sentarum kepada generasi Z atau milenial pada umumnya, yang Kirana sendiri juga baru melihatnya.
“Kesulitannya adalah membangun program pemerintah dalam bentuk dokumenter tapi tidak boleh membosankan. Harus ada cerita disitu, yang mampu menarik orang untuk membaca. Data dan pesona Danau Sentarum itu masih bisa dijadikan serial buku, karena banyak sekali datanya. Buku ini merupakan tantangan rumit buat saya. Bagaimana membuat suatu perjalanan yang berbasis data nyata menjadi menarik,” ungkap Kirana.
Pemeran utama Dara dalam film Sun On The Lake, Noviana Sapitri menceritakan pengalamannya ketika proses pembuatan film ini. “Pertama dikasih script-nya, saya sudah merinding. Story line-nya sangat unik. Mengangkat budaya Dayak Iban yang seakan terpisah dan memiliki nilai sakral tersendiri di lingkungannya,” kata Noviana,
“Jadi tahu tentang asal mula Red Arwana, jadi tahu juga tentang madu. Dan yang paling menakjubkan adalah tampilan Danau Sentarum ini sangat berbeda saat kemarau dan penghujan,” urainya lagi.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Lembaga Sensor Film, Abu Hanifah menyatakan bahwa, sebuah film dokumenter harus berdasarkan data dan memiliki kaidah sinematografi, harus menarik, sehingga tujuan pembuatan film dokumenter itu dapat tercapai. “Inilah tantangannya, bagaimana fungsi film sebagai media komunikasi dapat tercapai, di mana pesan yang disampaikan adalah bagaimana kita melestarikan lingkungan dari diri kita sendiri. Karena jika tak dimulai dari diri kita sendiri maka siapa lagi yang akan melestarikannya,” kata Hanifah.
Danau Sentarum terletak di sebelah timur laut Kota Pontianak, Kalimantan Barat merupakan danau biasa dengan keunikan yaitu mempunyai dua wajah berbeda saat musim hujan dan kemarau dan merupakan kawasan Taman Nasional dan telah ditetapkan sebagai situs Ramsar, kawasan lahan basah bernilai penting. Danau Sentarum akan dipenuhi air selam 10 bulan setiap tahunnya, selebihnya akan surut membentuk kolam-kolam kecil yang berisi ikan-ikan kecil. Mewakili ekosistem danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropika, Danau Sentarum berperan penting sebagai penjaga pasokan air Kalimantan Barat.
Masyarakat setempat yang telah lama tinggal berdampingan yaitu Dayak Iban, Dayak Sebaruk, Dayak Sontas, Dayak Kenyah dan Dayak Punan. Suku – suku tersebut tinggal di rumah betang rumah Panjang komunal. Dalam hal ini, rumah paling besar dengan jumlah kepala keluarga terbanyak bisa mencapai Panjang 186 meter dengan lebar 6 meter.
Kegiatan diskusi dan resensi film ini akan dihadirkan pemeran utama film Sun On The Lake yaitu Noviana Sapitri sebagai Dara. Turut hadir sebagai Narasumber Dr. Maman Wijaya dari Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jean Girsang (Presenter Media), Geok Mengwan (Duta Tanahalisa) dan penulis novel (Kirana Kejora). informasi ini dimuat pada siaran pers KLHK Nomor: SP.349/HUMAS/PP/HMS.3/10/2021.
Pewarta: Feb
Editor: And