Perkembangan parawisata domestik mengalami perkembangan yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke objek wisata kekininan. Apalagi lokasi objek wisata yang berhubungan dengan alam terbuka seperti pendakian gunung, berkemah di camping ground, ke air terjun, danau dan objek wisata lainnya. Objek wisata tersebut selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan setiap pekannya.
Perkembangan tersebut diikuti dengan maraknya pelaku usaha parawisata dengan menyediakan paket-paket yang ditawarkan, seperti open trip dengan harga yang tidak mahal dan hal ini semakin banyak peminatnya. Bagi beberapa kalangan sangat membantu dengan adanya open trip, karena memudahkan kita yang ingin berlibur.
Berbeda dengan kami berenam yang menyukai perjalanan wisata dengan cara ala kami. Misalnya waktu kami berkunjung ke kawah Bromo yang ada di Malang Jawa Timur. Saat itu kami merencanakannya dengan penuh perhitungan. Kami tentukan objek wisata apa saja yang akan kami kunjungi selain ke Bromo, lalu bagaimana cara berburu tiket, dan persiapan lainnya.
Untuk ke Bromo, awalnya kami berenam menyesuaikan waktu terlebih dahulu untuk menjadwalkan waktu liburan. Setelah cocok kita mulai berburu tiket kereta api sesuai waktu yang kita tentukan. Lalu kami menentukan transportasi dan penginapan selama di Malang. Kala itu kami hanya memiliki waktu tiga hari untuk berlibur, jumat-minggu.

Foto:Danish
Hari pertama, kami berkumpul di Stasiun Pasar Senen jam 14.00 WIB. Sedangkan kereta akan berangkat menuju pada jam 15.30an. Kereta yang kami gunakan Kereta Api Matarmaja jurusan Malang, dengan waktu tempuh kurang lebih 16 jam. Selama dalam perjalanan kami saling bertukar cerita tentang kesibukan masing-masing. Karena setelah sekian lama kami baru berjumpa kembali dan bisa wisata bersama lagi.
Perjalanan dengan kereta api ini sangat menyenangkan, tetapi berbeda dengan beberapa teman kami karena mereka harus berpuasa merokok. Ya, selama perjalanan itu semua gerbong kereta bebas dari asap rokok. Singkat cerita kita tiba di stasiun Malang pada jam 06.30 WIB.
Hari kedua, kami tiba di Kota Malang pada pukul 06.30 WIB. Kami beristirahat sejenak dan mulai mencari tempat untuk bersih-bersih. Di stasiun Malang terdapat tempat bersih-bersih khusus untuk para backpacker. Setelah bersih-bersih kami mencari kuliner khas Malang untuk sarapan. Setelah selesai kami lanjutkan dengan Wisata Kota, diawali dari Alun- alun Kota Malang yang ada didepan kantor Walikota Malang.

Foto:Danish
Setelah puas berswafoto di alun- alun Kota Malang kami menunggu mobil jeep, jemputan yang akan membawa kami berwisata di Kota Malang dan Bromo. Ya, kami menggunakan mobil jeep 4×4, karena untuk ke kawasan Bromo mobil biasa tidak bisa digunakan untuk trek ke Bromo.
Jam 10.30 WIB jeep pun datang. Kami langsung menuju destinasi kedua yaitu Coban Pelangi, yang berada di Dusun Ngadas Poncokusumo, Desa Gubuk Klakah, Kabupaten Malang. Air terjun ini mempunyai curahan air cukup deras dan tingginya mencapai 110 meter. Kawasan ini dikelilingi oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Setelah puas bermain air Cuban Pelangi kami lanjut ke Desa Ranupane. Di desa ini kami menginap di rumah Pak Waskito, driver sekaligus pemilik jeep yang kita tumpangi.
Sesampainya di Desa Ranupane kami langsung menurunkan barang bawaan dan menaruh di rumah Pak Waskito. Karena rumah Pak Waskito tidak jauh dari pos pendakian Gunung Semeru, kami langsung bergegas mendaftar dan berswafoto di pos pendakian. Setelah itu kami di ajak Pak Waskito ke Ranu Rugelo, yaitu danau yang berdampingan dengan Danau Ranupane. Danau Ranu Rugelo berada dibelakang pos pendakian Gunung Semeru. Disini kami habiskan waktu hingga senja tiba.
Sekembalinya dari Ranu Rugelo kami bersantap malam yang disiapkan Pak Waskito dan istri. Kami bersantap di dapurnya yang cukup luas. Setelah itu kami disuguhkan camilan dan kopi sebagai teman perbincangan seputar rencana dini hari nanti. Setelah rencana tersusun, kami istirahat karena akan melanjutkan perjalanan jam 01.30 WIB.

Foto:Danish
Hari ketiga, jam 01.30 WIB kami bangun dan bersiap menuju Gunung Pananjakan. Lokasi ini merupakan spot untuk menikmati terbitnya matahari dan view lautan pasir dan Gunung Bromo, termasuk Gunung Batok dan Gunung Semeru. Setelah menikmati sunrise, kami melanjutkan ke kawah Gunung Bromo. Setiba di tempat parkir jeep di kaki Bromo, kami lanjutkan dengan menunggangi kuda hingga anak tangga di kaki Bromo.
Puas berswafoto di kawah Bromo kami menuju Pasir Berbisik dan Bukit Teletubis, lokasi ini tidak berjauhan dari kawah Bromo. Setelah berfoto gembira, kami kembali ke kota Malang untuk mencari oleh-oleh khas Malang. Setelah berbelanja dan kulineran di kota Malang kami diantar ke Stasiun Malang untuk bersiap pulang kembali ke Jakarta.
Sambil menunggu Kereta Matarmaja kami membersihkan diri. Jam 17.00 WIB Kereta Matarmaja yang mengangkut kami siap meninggalkan kota Malang. Selama perjalanan pulang kami isi dengan beristirahat, dan tak terasa kereta tiba di stasiun Jatinegara jam 09.00 WIB. Saya pun turun di stasiun ini dan langsung ke kantor untuk bekerja karena saya belum mengajukan cuti. Kelima teman saya turun di Stasiun Pasar Senen.
Demikian sepenggal kisah kami berwisata ke Bromo tanpa menggunakan travel tour. Kenapa kami memilih berangkat sendiri dibandingkan open trip oleh provider, kadang biayanya lebih terjangkau. Ditambah lagi kita bisa menentukan sendiri tujuan mana saja yang kita ingin kita tuju. (Catatan ke Bromo, tahun 2015)

Foto:Danish
Kereta Api matarmaja/PP = 218.000/orang
Jeep selama dimalang, include makan dan homestay = 1.500.000
Tiket Coban Pelangi = 15.000/orang
Tiket Kawasan Bromo = 30.000/orang
Makan di Kota Malang 50.000/orang
Penulis: Danish

Foto:Danish

Foto:Danish