Menu

Mode Gelap
Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007 Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka? Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam Program Liputan Pendakian Gunung Indonesia Explore Media – Burangrang.com

Artikel · 19 Mei 2022 15:49 WIB ·

Fenomena Pendakian Gunung Tektok


Ilustrasi: Pendakian yang dilakukan Jurnalis Burangrang.com ke Gunung Salak 2 dan Salak 1 dengan melintas Sadel Punggungan Lembah Ciapus. (Foto: Burangrang.com) Perbesar

Ilustrasi: Pendakian yang dilakukan Jurnalis Burangrang.com ke Gunung Salak 2 dan Salak 1 dengan melintas Sadel Punggungan Lembah Ciapus. (Foto: Burangrang.com)

BURANGRANG.COM | Mendaki gunung merupakan satu kegiatan hobi. Sebuah kegemaran menyenangan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang, atau libur hari besar, libur hari pekan maupun liburan panjang. Saking hobinya ada juga yang memilih mendaki gunung menjadi sebuah profesi atau pekerjaan, misalnya menjadi seorang pemandu gunung.

Dalam pengertian hobi atau kegemaran, terdapat unsur menyenangan. Artinya, kegiatan hobi dilakukan dengan penuh ceria, bahagia, dan tanpa paksaan. Hingga menyentuh pada rasa kepuasan batin yang tak dapat tergantikan oleh sesuatu yang berbentuk materil. Bahkan jika perlu mengorbankan materi yang dimiliki agar dapat memunculkan unsur menyenangkan tersebut.

Begitu pula dengan hobi mendaki gunung. Ketika seorang awam bertanya pertanyaan-pertanyaan berikut, tentu tidak ada jawaban yang bersifat materil, sebab hobi itu soal rasa. “Untuk apa capek-capek naik gunung lalu turun lagi, mending istirahat tidur dirumah? Sudah gunungnya tinggi harus bawa beban pula dipunggung? Belum lagi di gunung itu gelap, tidak ada listrik, tidak ada warung, makannya mie instan terus?” Dan banyak lagi pertanyaan lain.

Termasuk fenomena yang saat ini sedang tren di komunitas pendaki gunung, yaitu mendaki gunung secara tektok. Ketika hobi terus digeluti hingga berkembang, akan terdapat satu fase dimana di dalam hobi itu akan menciptakan hal-hal baru hingga sebagian menjadi fenomenal. Dan mendaki gunung secara tektok ini salah satu dinamika yang terjadi di lingkungan penggiat alam terbuka.

Pendakian tektok bisa diartikan mendaki gunung hingga puncak gunung yang dilakukan tanpa bermalam atau menginap di gunung. Setiba di puncak gunung si pendaki langsung kembali ke titik awal pendakian atau ke base camp. Lazimnya, saat kembali turun si pendaki menempuhnya melalui jalur yang sama saat naik, tidak melintas melalui jalur yang berbeda. Mengapa demikian? Karena faktor keselamatan akan minimnya peralatan, perlengkapan, dan perbekalan yang dibawa.

Seorang yang ingin mendaki gunung secara tektok biasanya hanya membawa kebutuhan terbatas, alias yang paling pokoknya saja. Misalnya makanan dan minuman untuk sekali naik dan turun atau untuk satu hari. Ditambah jaket, raincoat, dan beberapa alat pribadi termasuk daypack. Bahkan seorang trail running yang mencoba mendaki gunung dengan pola tektok, ada yang hanya membawa kue kering dan minuman suplemen pada tas pinggangnya.

Meski sesimple dan seringkas itu, terkesan tidak menikmati perjalanan pendakian yang sebenarnya banyak terdapat momen-momen tertentu, belum lagi jika mempertimbangkan faktor keselamatan, tetapi kembali lagi. Bisa jadi menurut pendaki yang bersangkutan, mendaki tektok itu cukup menyenangkan, sehingga memenuhi unsur hobi. Atau bisa juga karena terdapat alasan lain.

Misalnya karena keterbatasan waktu yang dimiliki, tapi ingin melakukan pendakian. Bisa juga karena hendak survei untuk satu kegiatan tertentu. Atau, mendaki tektok yang dia lakukan sebagai ajang berlatih untuk satu ekspedisi pendakian yang sedang direncanakan. Sebab si pendaki ingin mengukur daya tahan fisiknya dengan pola pendakian tektok.

Namun apapun alasan dan motifnya, pada prinsipnya pendakian tektok sah-sah saja. Yang harus diperhatikan bagi yang ingin melakukan pendakian tektok, minimal memenuhi beberapa kesiapan berikut ini:

1. Sebelum melakukan pendakian tektok, usahakan fisik sangat bugar. Hal itu bisa dilakukan dengan olahraga fisik, minimal 1 bulan sebelum pendakian, misalnya joging atau lari pagi secara teratur.

2. Memiliki pengetahuan dasar tentang pendakian gunung atau teknik dasar hidup di alam terbuka. Termasuk memahami kondisi medan yang akan ditempuh, atau minimal sudah dipelajari sebelumnya jika belum pernah ke lokasi yang dituju.

3. Pendakian tektok sangat tidak direkomendasikan bagi pendaki pemula. Meski ingin mencoba, lakukan dengan yang telah berpengalaman atau sudah beberapa kali mendaki gunung, jangan sendiri. Meski berkelompok upayakan ada satu atau dua orang yang berpengalaman mendaki.

4. Pilihlah lokasi pendakian tektok yang relevan, pas atau membutuhkan waktu yang singkat. Bukan gunung yang membutuhkan waktu pendakian cukup panjang hingga bermalam. Misalnya pendakian Gunung Gede via Cibodas atau via Putri, ini bisa dilakukan secara tektok. Lalu Gunung Papandayan, Gunung Salak, Gunung Prau, Gunung Karang, dan lain-lain.

5. Persiapkan perencanaan pendakian tektok dengan baik, atau umumnya manajemen perjalanannya harus sangat baik. Misalnya tentang schedule pendakian untuk menentukan kapan waktu istirahat, dimana titik istirahat, berapa lama istirahatnya, mengkonsumsi apa saat istirahat, dan jam berapa harus sampai puncak gunung dan kembalinya. Termasuk rencana yang sifatnya darurat, jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan atau diluar rencana bagaimana tindak lanjut atau keputusan yang harus ditempuh. Dan lain-lain.

Meski demikian ada juga para pendaki yang tidak sepakat dengan pola pendakian tektok. Seperti yang dinyatakan oleh seorang pendaki asal Bekasi, Dedi, ia beranggapan, “Kayaknya kalau tektok begitu engga nikmatin banget selama perjalanan, kesannya jadi buru-buru”. Senada dengan Dedi yaitu Rosyid menilai, “Agak riskan. Namanya di gunung atau hutan sering hujan, khawatir engga sesuai waktu yang direncanakan waktu naik dan turun. Licin gitu jadinya bahaya”, pungkas pendaki yang berdomisili di Jakarta Timur.

Lain hal dengan Wira, pendaki gunung yang menetap di Cikarang yang sempat mendaki bersama Jurnalis Burangrang.com ke Gunung Leuser. Menurut Wira, “Bisa saja mendaki tektok, selama yang bersangkutan memiliki skil alam terbuka yang standar dan memahami kondisi medan yang akan di daki. Sah-sah aja. Tetapi ingat, jika terjadi apa-apa, misalnya sampai tersesat begitu resikonya nyawa dan akan merepotkan keluarga serta banyak pihak untuk mencarinya”.

Satu hal yang menarik dari kegiatan pendakian gunung sekarang ini misalnya saat aktifitas masak-memasak. Banyak pendaki beranggapan, sensasi memasak di gunung atau di puncak gunung rasanya sangat seru dan menjadi momen yang tak terlupakan. Artinya, stigma yang menilai bahwa naik gunung makannya hanya mie instant akhirnya terbantahkan, sudah tidak relevan lagi.

Para pendaki gunung kekinian sudah sangat variatif dalam membawa perbekalan yang akan dikonsumsi di gunung. Mereka sangat kreatif saat memasak untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisinya sebagai pengganti energi yang terserap saat mendaki. Mulai dari menu masakan rumahan, menu tradisional hingga menu-menu kekinian mampu mereka racik dengan peralatan yang dibawa.

Aktifitas memasak di gunung tersebut tentu tidak akan terjadi jika dilakukan dengan pola mendaki gunung secara tektok. Meski begitu semuanya kembali lagi ke pribadinya masing-masing untuk memilih pola yang bagaimana, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah umumnya pendakian ke gunung. Salam Lestari Tektokers!

Tayangan diatas merupakan tampilan video yang telah kami muat pada akun Youtube Explore Media, selamat menyaksikan. Jangan lupa dukungannya untuk subscribe, like, share, dan comment. Terima kasih

Penulis: MAD
Editor: DJ

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 1,379 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka

29 Mei 2024 - 15:26 WIB

Penggiat Alam Terbuka

Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007

28 Mei 2024 - 18:19 WIB

Pramuka Peduli

Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka?

27 Mei 2024 - 11:29 WIB

Pramuka Peduli

Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam

24 Mei 2024 - 11:51 WIB

Pendidikan Dasar Penggiat Alam

Dukungan Cash Sponsor dan Kredibilitas Pelaku Ekspedisi

8 September 2022 - 14:19 WIB

Ekspedisi

Gunung Pendakian Yang Berada di Wilayah Taman Nasional

7 September 2022 - 17:23 WIB

Taman Nasional
Trending di Artikel