Menu

Mode Gelap
Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007 Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka? Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam Program Liputan Pendakian Gunung Indonesia Explore Media – Burangrang.com

Artikel · 29 Jul 2020 10:00 WIB ·

Hanya di Ujung Kulon, Trekking dari Utara Jawa Hingga Selatan 15 Menit (Bag. 1)

Foto:Wanaprastha UBL (Ki-Ka: Jhon, Wahyudi, Erick, saat resection di salah satu lintasan penyusuran)

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara administratif terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102002”32’–105037”37’ BT dan 06030”43’–06052”17’ LS.

Dengan luas kawasan sebesar 122.956 hektar, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terbagi atas 8 zona. Zona Inti seluas 28.292 hektar yang terdiri atas daratan dan lautan. Zona Rimba luas 45.971 hektar, Zona Perlidungan Bahari seluas 42.804 hektar. Zona Pemanfaatan seluas 948 hektar yang terdiri atas daratan dan lautan.

Zona Tradisional luasnya 2.553 hektar yang juga terdiri atas daratan dan lautan. Zona Rehabilitasi memiliki luas 2.195 hektar. Zona Religi dengan luas 169 hektar. Dan terakhir Zona Khusus yang luasnya kurang lebih 24 hektar.

Ketika saya berkesempatan mengunjungi Taman Nasional yang di temukan oleh seorang ahli Botani asal Jerman, F. Junghun, pada Tahun 1846, saya merasa pulau Jawa itu luas sekali. Karena jauhnya jarak yang kami tempuh saat menuju ke Ujung Kulon, “Padahal Provinsi Banten tetanggaan ya dengan Jakarta?” tanyaku pada Wahyudi, salah seorang anggota tim yang turut serta.

Foto:Wanaprastha UBL (Ki-Ka: Didi, Topan, Erick, Jhon, Djali, saat tiba di tugu selamat datang Ujung Kulon dekat ujung aspal)

Kalau ditarik garis lurus di peta, dari Ibu Kota Jakarta ke Taman Nasional Ujung Kulon, tepatnya di Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, jaraknya kurang lebih 167 Km. Jarak itu setara dengan jarak dari Jakarta ke Kota Garut, atau Jakarta-Indramayu. Kalau Jakarta-Garut waktu tempuhnya sekitar 4,5-5 jam, begitupun ke Indramayu.

Tapi saat kami menempuh ke Taman Nasional Ujung Kulon, waktu tempuhnya sekitar 9 jam. Berangkat pagi hari jam 09.00 WIB tiba sekitar 18.30 WIB. Pada dua jam terakhir perjalanan kami tempuh dengan trekking dari ujung aspal hingga Pos Taman Nasional. “Maaf ya adik-adik, bapak bisa antarnya hanya sampai disini,” terang Bapak Sopir kampus kami yang mengantar kami hingga ujung aspal itu.

Sebab setelah ujung aspal jalannya berupa jalan makadam. Meski jalannya lebar dapat dilalui oleh dua mobil, mungkin si bapak sopir agak khawatir saat kembali seorang diri setelah mengantar kami hingga pos. Khawatir terjadi apa-apa misalnya ban mobil slip di batu atau ban bocor. “Iya pak tidak apa, sampai disini sudah lebih dari cukup. Terima kasih pak, hati-hati dijalan,” jawab ketua tim kami, Topan.

1 jam pertama pasca ujung aspal, kami trekking melintas jalan makadam yang dikanan kirinya dipenuhi ilalang dan hutan kecil. Hingga akhirnya di jam berikutnya kami temui pemukiman penduduk yang jarak antar rumahnya cukup berjauhan. “enak juga ya rumah disini, halamannya luas-luas,” tukas Erik, anggota tim kami yang dikampus satu jurusan dengan Topan, di Fakultas Hubungan Internasional.

Foto:Wanaprastha UBL (Tim Penyusuran Pantai Ujung Kulon saat foto bersama dengan beberapa petugas Taman Nasional Ujung Kulon)

Ketika hari semakin senja, kami melihat warung kecil dan kami putuskan untuk istirahat sejenak. Sambil bertanya kepada pemilik warung tentang keberadaan Pos Taman Nasional, mata saya mencari-cari ke aneka jajanan berharap dapat menjumpai penganan khas daerah sini. “Masih jauh ya Pak, Pos Taman Nasional?” tanyaku. “Tos cakeut, eta di ditu,” Jawab bapak pemilik warung dengan menggunakan bahasa Sunda, yang artinya sudah dekat tidak jauh lagi.

Setiba di Pos Taman Nasional kami di sambut Pak Adjat, salah seorang petugas Taman Nasional. Petugas yang berperawakan sedikit plontos serta bewokan ini cukup antusias menyambut kehadiran kami. “Sudah lumayan lama juga tidak ada tamu yang berkunjung kesini,” sambut Pak Adjat seraya mengajak kami masuk.

Setelah mengobrol berbagai hal terkait rencana kami di Ujung Kulon dan menjelaskan tentang asal kami, Pak Adjat mempersilahkan jika malam itu kami bermalam di sekitar area pos. Di sebuah aula kosong kami diantar untuk beristirahat dan menyiapkan rencana perjalanan penyusuran pantai kami, esok hari.

Malam pertama di Pos Taman Nasional kami isi dengan diskusi mengenai rencana operasi perjalanan esok hari. Peta topografi saya bentangkan sebagai media diskusi. Kurang lebih 3-4 jam kami mendiskusikan jalur lintasan untuk penyusuran 3 hari kedepan. Dari sekretariat di Jakarta, rencana operasi itu memang belum kami siapkan. Karena dari 6 orang anggota tim belum pernah ada yang ke Ujung Kulon.

Hanya di Ujung Kulon, Trekking dari Utara Jawa Hingga Selatan 15 Menit (Bag. 2)

Penulis/Editor: Djali Achmad
(Suatu momen dalam satu catatan perjalanan, pada tahun 2001)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 200 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka

29 Mei 2024 - 15:26 WIB

Penggiat Alam Terbuka

Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007

28 Mei 2024 - 18:19 WIB

Pramuka Peduli

Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka?

27 Mei 2024 - 11:29 WIB

Pramuka Peduli

Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam

24 Mei 2024 - 11:51 WIB

Pendidikan Dasar Penggiat Alam

Dukungan Cash Sponsor dan Kredibilitas Pelaku Ekspedisi

8 September 2022 - 14:19 WIB

Ekspedisi

Gunung Pendakian Yang Berada di Wilayah Taman Nasional

7 September 2022 - 17:23 WIB

Taman Nasional
Trending di Artikel