Selain urusan logistik yang membutuhkan banyak perbekalan untuk 14 hari, daya tahan fisik dan perlengkapan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Khusus perlengkapan saat ke Gunung Leuser, satu alat sederhana namun vital yang jarang diperhatikan oleh pendaki adalah Sepatu.
Bisa Sobat Burangrang bayangkan, 14 hari pendakian dengan melewati berbagai medan lintasan. Akan seperti apa akhirnya sepatu trekking yang kita gunakan. Apakah masih utuh, sedikit robek, atau lepas sepenuhnya pada tapak sepatu?
Sebaiknya Sobat Burangrang jangan meyakini untuk membawa sepatu cadangan. Selain akan memakan tempat pada ransel juga akan menambah berat beban. Termasuk memakai sandal gunung sebagai alternatif? Jangan, sangat tidak direkomendasikan!
Salah satu pilihan adalah Sobat Burangrang harus prepare dengan memilih sepatu yang sesuai dengan waktu tempuh dan medan lintasan. Meski Sobat Burangrang prepare dengan tolls kit berisi lem, benang, dan jarum sol sepatu untuk mengantisipasi sekiranya sepatu jebol, nyatanya hal itu kurang membantu.
Yang cukup pas saat mendaki ke Leuser, pilihan menggunakan sepatu yang dipakai oleh guide atau porter Gunung Leuser adalah keputusan yang baik. Selain sepatu yang digunakan mereka itu terbilang awet dan aman, murah pula harganya.
Atau pilihan lainnya, Sobat Burangrang dapat menggunakan sepatu lapangan yang biasa dipakai tentara. Meski agak sedikit berat dibandingkan sepatu porter Leuser tapi relatif sangat aman. Sebab bagian atas sepatunya lebih tinggi hingga menutupi mata kaki.
Yang menariknya lagi dari sepatu lapangan tentara adalah kedap air, sebab terbuat dari kulit asli. Hal itu sangat cocok untuk medan pendakian di Leuser yang seperempat lintasannya akan dijumpai 4 sungai, hutan lembab (basah), medan berawa yang cukup panjang.
Itu sebabnya porter dan guide Leuser lebih memilih sepatu 20 ribu, karena terbuat dari bahan karet yang kedap air. Hanya saja tinggi sepatunya tidak sampai mata kaki. Walaupun design sepatunya sederhana tapi bagian sol nya terdapat tonjolan-tonjolan kecil seperti sepatu sepak bola, dan itu fungsinya agar sepatu tidak licin. Sepatu tanpa merk ini memiliki dua varian warna, putih dan hitam. Bisa Sobat Burangrang beli di pasar tradisional dekat basecamp Kedah, Aceh.
Mengapa persoalan sepatu ini menjadi menarik dan harus mendapat perhatian tersendiri? Sebab tanpa sepatu yang layak dan sesuai, kecil harapan bagi Sobat Burangrang dapat mendaki Gunung Leuser. Karena ditengah pendakian mungkin akan berjumpa kendala berupa sepatu Sobat Burangrang jebol.
Mengapa bisa jebol? Sebab digunakan selama berhari-hari tanpa henti dengan naik turun anak-anak puncakan Gunung Leuser sebanyak 9-12 puncak punggungan. Belum lagi medan lintasan dengan kondisi hutan lembab, basah, berawa, dan sedikit berlumpur, mengakibatkan sepatu selalu basah atau lembab.
Sehingga hal itu berpengaruh pada daya tahan sepatu atau lem sepatu, dan jahitan-jahitan pada sepatu trekking Sobat Burangrang menjadi lebih cepat getas (rapuh, putus). Semoga niat mulia Sobat Burangrang menggapai Puncak Leuser tidak terkendala karena persoalan sepatu. Tetap semangat dan sehat selalu!!
Penulis/Editor: Djali Achmad