Menu

Mode Gelap
Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007 Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka? Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam Program Liputan Pendakian Gunung Indonesia Explore Media – Burangrang.com

Artikel · 10 Agu 2021 16:06 WIB ·

Trekking Tipis-tipis Ke Puncak Sumur Tujuh Gunung Karang


Trekking Tipis-tipis Ke Puncak Sumur Tujuh Gunung Karang Perbesar

Burangrang.com | Pandeglang,- Hallo Burangers Akhir pekan kerap kali menjadi waktu yang tepat untuk melakukan pendakian atau trekking  bagi sebagian penghoby kegiatan alam terbuka.  Gunung karang mungkin menjadi tujuan pendakian yang lumayan dekat dari kota Jakarta, Gunung Karang merupakan gunung tertinggi yang  terletak di Kabupaten Pandeglang-Provinsi Banten. Gunung ini masuk kedalam kelompok Stratovolcano yang memiliki potensi meletus. Gunung Karang memiliki ketinggian kurang lebih 1778 Mdpl dengan Puncaknya yang bernama Sumur Tujuh. Dan Gunung Karang saat ini sudah menjadi lokasi wisata ziarah favorit di Provinsi Banten.

Kali ini kita akan mencoba trekking tipis – tipis ke Puncak Sumur Tujuh Gunung Karang, Berangkat dari jakarta pada hari kamis pagi, langsung menuju ke Pandeglang dengan melewati jalan tol dalam kota lanjut ke tol Tangerang – Merak dan keluar di serang timur lanjut ke pusat kota pandeglang tepat pada jam 14.00 wib kita sampai di kota pandeglang, lanjut mengarah ke kantor Kelurahan Pager Batu, untuk berkoordinasi dengan aparatur kelurahan, setelah mendapatkan informasi yang cukup  selanjutnya kita disambut ketua karang taruna Kelurahan Pager Batu Kang Sutrisno, dari kelurahan kita di arahkan ke kampung pasir angin untuk beristirahat dan mempersiapkan perbekalan trekking kepuncak sumur tujuh yang akan kita laksanakan pada pagi hari.

Foto: Taufik Hidayat ( Kantor Kelurahan Pager Batu )

Pada hari jumat pagi tepat pukul 07.00 WIB, kita telah siap – siap untuk memulai traking kepuncak sumur tujuh yang akan dipandu oleh Kang sutrisno selaku ketua karang taruna dan di damping oleh salah satu anggota karang taruna yang bernama Mas Rian. Setelah berdoa kita langsung berjalan menuju ujung kampung Pasir Angin yang langsung berbatasan dengan jalur pendakian ke puncak gunung karang. Setelah melewati pemukiman penduduk dan langsung memasuki jalan setapak untuk menuju puncak gunung kita akan melewati perkebunan penduduk yang di isi dengan berbagai tanaman palawija, mulai dari padi  umbi – umbian dan banyak lagi jenis tanaman yang ditanam oleh para penduduk.

Setelah melewati perkebunan penduduk kita langsung memasuki hutan yang lumayan rapat ditumbuhi pohon – pohon yang cukup rindang, perjalan ini tidak terasa sudah memasuki pos ke 2 yaitu Hutan yang lumayan cukup padat oleh tumbuh – tumbuhan dengan ditandai ada warung milik penduduk, dari pos ini kita bisa melihat kota serang dari ketinggian. Di pos 2 ini kita beristirahat untuk menghilangkan rasa haus dan lelah. Rasa haus sudah hilang kita lanjutkan lagi perjalanan kita untuk menuju kepuncak sumur tujuh.

Foto: Taufik Hidayat

Disepanjang perjalanan menuju ke pos 3 jalur yang dilalui  semakin menanjak cukup ekstrim, kita perlu hati hati dalam melangkah karena jalan setapak cukup licin. Berjalan kurang lebih 1 jam kita dapat mencapai pos 3, pos 3 ini merupakan tanah gelap, atau tanahnya memang hitam ada juga yang menyebutnya dengan pos tanah gelap. Sementara pos nya sendiri adalah berupa warung penduduk yang terdapat toilet juga di pos ini, sehingga dapat beristirahat dengan tenang, udara di pos 3 ini cukup sejuk apabila kita berlama- lama istirahat akan berasa sangat dingin sekali.

Setelah melewati pos 3 kita memasuki  kawasan hutan lindung, dan di dalam hutan ini banyak ditemui tumbuhan anggrek hampir sepanjang jalan, dan juga di hutan ini sering tertutup kabut tebal, keadaan yang lembab dan dipenuhi akar-akar pohon besar yang menghiasi perjalanan ketika memasuki pos 4, sepanjang perjalanan ini merupakan tanjakan yang cukup terjal, kita harus berpegangan pada akar – akar pohon besar. Kurang lebih satu jam setengah kita sampai di pos 4.

Foto: Taufik Hidayat (Salahsatu tanjakan yang cukup terjal)

Rasa lelah sangat berasa sekali ketika akan melanjutkan perjalanan menuju ke pos 5 yang merupakan pos pendakian yang paling  terakhir, untuk mengakhir pendakian ke puncak gunung karang ini. disamping jalurnya yang cukup terjal dan licin dikarenakan udara yang sangat lembab sehingga membuat jalan yang kita lewati menjadi licin. Alhamdulilah Kurang lebih satu jam dari pos 5 sampai di puncak Gunung Karang atau di Sumur Tujuh.

Sesampainya di puncak gunung karang ini kita ditawarkan untuk mandi di Sumur Tujuh oleh ketua karang taruna yaitu kang Sutrisno, pada awalnya kita menolak tapi karena diberi penjelasan olehnya akhirnya kita mandi di sumur tujuh  puncak gunung karang, dengan di bimbing  oleh beliau selaku masyarakat asli kaki gunung karang dan sudah mengetahui segala aturannya. Air dari sumur tujuh ini sangat berasa dingin sekali ketika di guyurkan oleh kang sutrisno tepat diatas kepala, hingga tujuh gayung air yang diguyurkan ke tubuh kita. Alhamdulilah setelah mandi rasa dingin tidak terasa lagi.

Foto: Taufik Hidayat (Puncak Gunung Karang)

Di puncak gunung ini selain ada sumber air sumur tujuh juga terdapat mushola dan warung-warung masyarakat, tetapi ketika kita melakukan pendakian ini warung – warung yang ada  tutup semuanya. Untuk mengisi perut kita pun masih mempunyai waktu beberapa jam kita gunakan untuk memasak perbekalan yang kita bawa untuk makan besar siang ini.

Memasak dan makan sudah rapih perbekalan kita rapihkan kembali, tepat jam 15.30 wib kita akan kembali pulang karena kita tidak akan bermalam di gunung karang. Untuk  perjalanan pulang kita mengambil jalur yang berbeda dengan jalur pendakian, karena kita akan menuju situ tegal paku yang mengarah kearah kaduengang. Dari sumur tujuh kita berjalan agak naik keatas dengan berjalan di atas tebing yang dibawahnya terdapat kawah gunung karang, jalur kearah situ tegal paku ini cukup padat ditembuhi pohon pohon perdu khas tumbuhan yang ada di ketinggian  1700 Mpdl.

Padatnya pohon perdu membuat dibeberapa titik jalur pendakian tertutup oleh semak belukar karena jalur ini jarang di gunakan oleh para pendaki, setelah kurang lebih 15 menit perjalanan para pengantar kita sempat bingung karena jalur yang akan kita lewati benar benar tertutup oleh semak belukar. pengantar kita yang sangat hapal dengan jalur ini pun sangat kebingungan mencari jalur yang akan digunakan, Mas Rian dan Kang sutrisno menungkapkan seharusnya jalur yang digunakan ini mengarah ke situ tegal paku dan tidak memakan waktu yang lama kurang kebih 30 menit dari puncak seharusnya sudah sampai ditepian situ tegal paku. Di jalur  ini kita berputar putar diarea yang sama selama kurang lebih 2 jam. Pada akhirnya kita menemukan jalur yang biasa digunakan pada saat jam 18.00 wib, karena hari sudah mulai gelap, kita tetap lanjutkan perjalanan dengan menggunakan senter sebagai penerangan.

Foto: Red Burangrang

Hari semakin malam akhirnya kita putuskan untuk tidak mampir ke situ tegal paku, kita pun lanjut melakukan perjalanan untuk kembali kampung pasir angin, karena jalan yang kita lewati jarang ada yang menggunakan sehingga jalurnya memang sudah benar benar tertutup oleh pohonan perdu.  Tepat pada jam 00.00 wib kita sampai di suatu makom syech kamal yang berada tepat di perbatasan perkebunan masyarakat dengan hutan. Di makom ini kita beristrihat karena memang ada jurukuncinya yang bermalam di makom ini. Setelah rasa lelah berkurang kita melanjutkan perjalanan dengan melewati perkebunan masyarakat, kurang lebih 30 menit perjalanan akhirnya kita sampai di vila tempat kita beristirahat.

Trekking tipis – tipis kali ini sangat melelahkan tapi sangat senang juga bisa mencapai ke puncak gunung karang ini, mengingat di atas Gunung Karang ini ada keajaiban alam yang mungkin jarang di temukan di tempat-tempat lain. Karena pada umumnya sebuah mata air sering kita jumpai di kawasan lereng atau di kaki sebuah gunung, namun sungguh kuasa Allah SWT. Karena di Gunung Karang ini mata air itu benar-benar muncul di puncang gunung tersebut. Mata air tersebut muncul menjadi 7 (tujuh) sumber, yang oleh penduduk sekitar disebut dengan nama “sumur tujuh”.

pewarta: And

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 1,070 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Berlatih Mental Penggiat Alam Terbuka

29 Mei 2024 - 15:26 WIB

Penggiat Alam Terbuka

Pramuka Peduli Menurut Jukran 230 Tahun 2007

28 Mei 2024 - 18:19 WIB

Pramuka Peduli

Pramuka Peduli, Apakah Suatu Penegasan Belaka?

27 Mei 2024 - 11:29 WIB

Pramuka Peduli

Pendidikan Dasar, Bekal Pembentuk Paradigma Penggiat Alam

24 Mei 2024 - 11:51 WIB

Pendidikan Dasar Penggiat Alam

Dukungan Cash Sponsor dan Kredibilitas Pelaku Ekspedisi

8 September 2022 - 14:19 WIB

Ekspedisi

Gunung Pendakian Yang Berada di Wilayah Taman Nasional

7 September 2022 - 17:23 WIB

Taman Nasional
Trending di Artikel