Burangrang.com | Labuan Bajo – Delegasi G20 dan negara tamu di hari kedua penyelenggaraan ajang “The 1st Tourism Working Group” Indonesia 2022 sepakat untuk melakukan upaya bersama dalam penciptaan iklim pariwisata berkelanjutan. Salah satunya dengan menghadirkan pembiayaan internasional dalam mendukung upaya transformasi menuju pariwisata yang berkelanjutan sehingga pariwisata dapat berkontribusi lebih dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian alam.
“The 1st Tourism Working Group” Indonesia 2022 kembali dilanjutkan pada Rabu (11/5/2022), di Sudamala Resort, Labuan Bajo, NTT. Topik yang dibahas para delegasi G20 dan negara tamu dimulai dengan pembahasan aksi iklim pariwisata, konservasi keanekaragaman hayati, dan ekonomi sirkular untuk menuju green tourism dan sustainable tourism.
Chair of Tourism Working Group, Frans Teguh, di Sudamala Resort, Labuan Bajo, Rabu (11/5/2022), mengatakan, pandemi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya menumbuhkan aksi iklim atau lingkungan pariwisata yang sehat, mengembangkan ekonomi sirkular, serta peningkatan konservasi keanekaragaman hayati guna menjaga kelestarian bumi.
“Keberhasilan pariwisata seharusnya tidak hanya diukur dalam jumlah pengunjung saja, tetapi juga berfokus pada dampak positif yang dapat diberikan pariwisata terhadap peningkatan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan juga kelestarian alam,” kata Frans Teguh yang juga menjabat Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf.
Menurut penelitian yang dilakukan UNWTO pada bulan Desember 2019 pada Konferensi Perubahan Iklim PBB, sektor pariwisata diperkirakan akan meningkatkan emisi karbon setidaknya 25 persen pada tahun 2030 (jika iklim di sektor ini tidak melakukan aksi perubahan). Karenanya, para delegasi G20 sepakat salah satu upaya dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan melalui pendanaan.
Hal ini karena pengurangan emisi karbon di sektor pariwisata memerlukan pembiayaan untuk mendukung transformasi menuju pariwisata yang lebih berkelanjutan. Termasuk dengan mempertimbangkan kemungkinan pembentukkan dana internasional untuk menetralisir iklim dalam sektor pariwisata.
Melalui pembiayaan ini juga dapat meningkatkan kuantitas transportasi rendah karbon di sektor pariwisata, yang akan berdampak positif pada kelestarian alam dan manfaatnya dapat dirasakan secara jangka panjang oleh masyarakat.
“Infrastruktur yang lebih hijau di bidang pariwisata adalah kunci ketahanan sektor pariwisata itu sendiri. Dan kebutuhan untuk mengubah operasi pariwisata untuk aksi iklim terus menjadi yang paling penting bagi sektor pariwisata untuk tetap sejalan dengan tujuan global dalam mengurangi emisi karbon,” kata Frans Teguh.
Para delegasi juga menekankan pentingnya transparansi dampak lingkungan yang lebih baik dari pariwisata, khususnya dalam hal pemantauan jejak karbon dari sektor pariwisata.
Selain itu, para delegasi G20 mendorong lebih banyak pelaku parekraf untuk ikut serta dalam Deklarasi Glasgow Pariwisata. Deklarasi Glasgow sendiri adalah komitmen sukarela untuk mendukung komitmen global dalam mengurangi separuh emisi pada tahun 2030 dan mencapai nol bersih paling lambat pada tahun 2050.
Mengatasi polusi plastik juga dapat menjadi catalyser for circularity dalam pariwisata. Dan di luar mengurangi sampah laut, juga berkontribusi pada pelestarian daya tarik wisata yang diiringi dengan penciptaan lapangan yang semakin luas.
Pewarta : Nish | Editor : And