Burangrang.com | Jakarta – Perpustakaan Micro atau Microlibrary Warak Kayu terpilih menjadi Popular Choice Winner pada kategori arsitektur perpustakaan versi Architizer A+ Awards 2020. Perpustakaan yang berada di Semarang, Jawa Tengah ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata baru.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio, Jumat (7/8/2020), menyambut baik terpilihnya Microlibrary Warak Kayu sebagai Popular Choice Winner kategori arsitektur perpustakaan.
“Saya berharap dengan memanfaatkan kayu sebagai bahan ramah lingkungan dan teknik konstruksi dapat memotivasi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia untuk menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif. Sehingga dapat mendorong potensi wisata di Semarang agar lebih sustainable tourism,” kata Wishnutama.
Architizer A+ Awards merupakan kompetisi tentang arsitektur dan produk arsitektur terbaik di dunia. Diikuti lebih 100 negara dan dinilai lebih 400.000 pemilih. Architizer A+ Awards diselenggarakan di New York setiap tahun. Menurut Direktur & Founder SHAU Indonesia, Florina Henzelman, Microlibrary Warak Kayu bertujuan meningkatkan minat baca terutama anak-anak di lingkungan berpenghasilan rendah.
“Kami melihat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Karena itu, kami berupaya meningkatkannya dengan membuat microlibraries yang menjangkau masyarakat dengan strategi merangkul ruang-ruang komunitas. Tidak hanya perpustakaan saja, tetapi ada unsur bermain dan berkumpul bersama,” kata Florina.
Nilai tambah perpustakaan ini adalah lokasinya di pusat kota, tepatnya di Taman Kasmaran. Destinasi ini memiliki pemandangan indah ke Kampung Pelangi sehingga mampu mencuri perhatian voters dunia. Microlibrary merupakan inisiasi Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism (SHAU) Indonesia yang berkolaborasi dengan pemerintah, CSR, foundation, dan komunitas.
“SHAU Indonesia merancang arsitektur bangunan, sementara PT. Kayu Lapis Indonesia memasok kayu hasil olahan limbah pabrik tidak terpakai. Lalu, Pemerintah Daerah Semarang menyediakan lahan dan izin pembangunan. Perusahaan swasta yang menanggung biaya pembangunan. Adapun Harvey Center yang mengelola perpustakaan agar dapat digunakan masyarakat tanpa dipungut biaya,” kata Florina.
Florina juga menjelaskan, Microlibrary Warak Kayu mereferensi konsep ‘rumah panggung’ tradisional Indonesia yang terbuka. Teknik ini mengatur alur ventilasi udara, pencahayaan, dan konsep multifungsi ruangan. Sehingga ada ruang pada bagian bawah untuk berbagai kegiatan yang bisa dilakukan warga.
“Ada elemen seating tribune yang bisa dipakai untuk duduk, aktivitas workshop, atau berkumpul. Ada ayunan kayu untuk anak-anak, serta di dalam perpustakaan ada jaring atau net yang dapat digunakan untuk membaca,” ujar Florina.
Direktur & Founder SHAU Indonesia, Daliana Suryawinata, menjelaskan Microlibrary Warak Kayu adalah perpustakaan pertama di Semarang yang 100% terbuat dari bahan kayu bersertifikat SVLK. 98% FSC yang diprefabrikasi oleh PT Kayu Lapis Indonesia. Prinsip desainnya tropis, passive energy dan multi-programmatic. Desain façadenya mengikuti bentuk wajik sistem konstruksi Zollinger dari Jerman dan menyerupai sisik kulit Warak (hewan mitologi khas Semarang).
“Konsep façade berupa screen layering merupakan elemen yang memfilter cahaya matahari langsung agar panas tidak masuk. Interiornya tetap terang walaupun tanpa lampu di siang hari. Penghawaan silang mampu dinginkan interior bangunan tanpa AC. sedangkan secondary layer untuk menghalangi hujan masuk,” jelas Daliana.
Sementara itu Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan antusiasme masyarakat terhadap Perpustakaan Micro Warak Kayu sangat tinggi. “Konsep rumah panggung sebagai perpustakaan micro ini sangat menarik perhatian warga untuk datang. Microlibrary ini akan menjadi rute baru pariwisata kota” pungkasnya.
Rilis: Kemenparekraf
Pewarta: Andriansyah
Editor: Djali Achmad