Burangrang.com | Lombok – Gunung Rinjani tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata pendakian dan pemandangan alam yang eksotis saja namun juga menyimpan kekayaan flora dan fauna yang menjadi ciri khas dari Gunung tertinggi nomor tiga di Indonesia ini. Diantara kekayaan fauna tersebut adalah hewan endemik Musang Rinjani
Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) merupakan hewan menyusui G(Mamalia) yang masuk dalam suku Musang dan Garangan (Viverridae), salah satu species dari tiga bangsa carnivora yang ada di Pulau Lombok, selain Musang Rase (Viverricula Indica baliensis) dan Kucing Hutan (Felis bengalensis).
Musang Rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rindjanicus) yang dalam bahasa lokal Sasak disebut Ujat, termasuk Sub species dari Musang Luwak (Paradoxurus hermaphrodites). Secara fisik tidak ada perbedaan yang begitu mencolok antara Musang Rinjani dengan Musang Luwak lainnya, menurut Kitchener et al (2002), Musang Rinjani dari bagian kepala sampai dengan ekor berwarna gelap bahkan mendekati hitam, Panjang dari kepala ke pangkal ekor 38 Cm, Ujung ekor sampai pangkal ekor 40 Cm, Daun telinga memiliki ukuran 34, dan memiliki panjang kaki 70 cm, warna bulu gelap hampir mendekati hitam, dan warna hitam hijau lumut disisi punggung serta agak pucat pinggala pd bagian dada perut.
Musang Rinjani lebih sering di jumpai pada kawasan-kawasan dekat pemukiman dan perkebunan penduduk, dibandingkan kawasan hutan dan dianggap sebagai Hama oleh penduduk sekitar kawasan karena sasaran/Pakannya adalah ayam ternak milik penduduk dan buah-buahan dilahan perkebunan, sehingga penduduk memburu hewan ini untuk dibunuh
Sebagai satwa aboreal yg bergantung pada hutan sebagai tempat hidup dan mencari makan, ancaman terbesar bagi perkembangan populasi liar species ini, adalah perubahan habitat, terutama oleh aktifitas manusia, seperti penebangan baik legal maupun illegal, ataupun oleh aktifitas Alam itu sendiri, seperti tegalan mati, kebakaran, vulkanik dll), serta perburuan oleh manusia itu sendiri
Menurut hasil inventarisasi yang dikerjakan oleh pihak pengelola TNGR pada tahun 2009, spesies ini lebih menyukai kawasan hutan sekunder dengan tipe habitat yang kering dan dekat dengan pemukiman penduduk. Beberapa pengamatan visual lain juga menyatakan bahwa spesies ini menyukai daerah-daerah dengan intensitas keterjumpaan dengan manusia yang tinggi meskipun kadang bisa dijumpai juga di hutan konifer pada ketinggian sekitar 2.000 mdpl di seputaran areal perkemahan Danau Segara Anak
Musang luwak pada umumnya termasuk musang Rinjani mempunyai peran ekologi dan keuntungan ekonomi yang penting. Disatu sisi sebagai penentu keseimbangan ekosistem dengan perannya sebagai agen permudaan alam dan di pihak
lain merupakan komoditas yang komersil untuk bermacam-macam produk. Penelitian yang lebih spesifik tentang musang Rinjani diperlukan untuk pembuktian peranan spesies tersebut dalam kaitannya dengan regenarasi ekosistem hutan kawasan Gunung Rinjani secara khusus dan kawasan P. Lombok secara umum serta dalam upaya perlindungan dan pengelolaan kedepannya, hal ini diejlaskan di website resmi TNGR Official.
Upaya pengelolaan harus mampu memberikan dua arah keuntungan yaitu kelestarian satwa dan manfaat yang nyata kepada masyarakat. Upaya pengelolaan yang sifatnya hanya melindungi tidak akan berhasil karena akan selalu dihadapkan pada persoalan benefit value yang akan diperoleh masyarakat sebagai ganti ketika suatu upaya pengelolaan membatasi masayarakat terhadap sumberdaya kawasan termasuk satwa.
Pewarta: Nish
Editor: And